Di sudut senja yang mematung,
Kupanggil namamu dalam hening yang paling agung,
Sebuah pinta kuucap pada sunyi yang bergantung,
Merindulah seperti waktu tak ingin beranjak cepat...
Setiap detik adalah pigura kenangan,
Setiap helaan napas adalah lukisan angan,
Kubentangkan peta yang tak punya tujuan,
Menjaga kau utuh dalam bingkai penantian...
Lalu kudekap sebentang hampa,
Tempat jejak kita tak pernah menyapa,
Sebuah harap kusembunyikan dari jumpa,
Merindulah seperti jarak tak ingin beranjak dekat...
Mungkin temu hanya akan mengikis suci,
Membuatmu nyata dan rentan untuk pergi,
Biarlah kau abadi di ufuk imaji,
Sebuah rindu yang kujaga dari fana duniawi,,
Maka di sinilah aku, membangun istanaku,
Dengan pilar waktu yang melambat untukmu,
Dan dinding jarak yang kokoh melindungimu,,
Agar aku tak pernah benar-benar kehilanganmu...
Kupanggil namamu dalam hening yang paling agung,
Sebuah pinta kuucap pada sunyi yang bergantung,
Merindulah seperti waktu tak ingin beranjak cepat...
Setiap detik adalah pigura kenangan,
Setiap helaan napas adalah lukisan angan,
Kubentangkan peta yang tak punya tujuan,
Menjaga kau utuh dalam bingkai penantian...
Lalu kudekap sebentang hampa,
Tempat jejak kita tak pernah menyapa,
Sebuah harap kusembunyikan dari jumpa,
Merindulah seperti jarak tak ingin beranjak dekat...
Mungkin temu hanya akan mengikis suci,
Membuatmu nyata dan rentan untuk pergi,
Biarlah kau abadi di ufuk imaji,
Sebuah rindu yang kujaga dari fana duniawi,,
Maka di sinilah aku, membangun istanaku,
Dengan pilar waktu yang melambat untukmu,
Dan dinding jarak yang kokoh melindungimu,,
Agar aku tak pernah benar-benar kehilanganmu...
Puisi oleh: Zailani Sidik (Guru UPT SDN 14 Koto Baru)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar