SONATA.id – Wakil Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Wamendikdasmen), Fajar Riza Ul Haq, secara resmi membuka Training of Trainer (ToT) Calon Pengajar Koding dan Kecerdasan Buatan untuk Guru Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah Gelombang Ketiga di Surabaya.
Kegiatan tersebut merupakan bagian dari langkah strategis Kemendikdasmen dalam mempercepat transformasi pendidikan digital yang inklusif, etis, dan bertanggung jawab. “Gelombang ketiga ini tidak hanya pelatihan teknis. Kita sedang membangun revolusi cara berpikir,” ujar Wamen Fajar dalam sambutannya, baru-baru ini.
Wamen Fajar menekankan, penguasaan teknologi harus diiringi nilai-nilai tanggung jawab, etika, dan rasa aman. “Yang terpenting bukan sekadar bikin gim atau program. Tapi bagaimana anak-anak kita mengembangkan soft skills: tanggung jawab, etika, dan rasa aman dalam menggunakan teknologi,” ungkapnya.
Sementara itu, Direktur Guru Pendidikan Dasar, Rachmadi Widiharto, dalam laporannya menyampaikan, pelatihan itu bertujuan untuk menyiapkan para calon pengajar yang akan melatih puluhan ribu guru di seluruh Indonesia.
“Kegiatan ini bertujuan membekali calon pengajar di daerah dengan keterampilan teknologi dan strategi kolaboratif agar menjadi fasilitator yang kompeten dan andal,” jelasnya.
Ia menambahkan, pelatihan itu akan menjangkau setidaknya 59.546 guru dari sekolah sasaran pada tahun 2025 yang tersebar di seluruh wilayah provinsi di Indonesia.
“Kami tidak berjalan sendiri. Dalam pelatihan ini, kami berkolaborasi dengan 90 Lembaga Penyelenggara Diklat yang telah diseleksi ketat untuk memastikan kualitas pelaksanaan,” ungkap Rachmadi.
Peserta ToT berasal dari kalangan akademisi, guru, dan praktisi. Mereka tidak hanya menerima pelatihan teknis, tapi juga mengalami proses belajar aktif berbasis kebutuhan orang dewasa (andragogi).
“Pembelajaran dalam ToT ini menerapkan metode problem-based learning, project-based learning, hingga simulasi mengajar. Peserta bukan hanya belajar teori, tapi langsung mempraktikkan strategi mengajar koding dan kecerdasan artifisial,” paparnya.
Setiap sesi diakhiri dengan refleksi mendalam untuk mengaitkan teori dengan praktik lapangan.“Refleksi ini penting agar peserta betul-betul siap membawa perubahan di kelas masing-masing,” pungkasnya.(sp)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar